Siap Terima Pesanan Pohon Karet
Alamat : Kedung Banteng, Banyumas, Jateng
langsung saja hub no.hp : 082313553621 (imam tunas mustika)
Pembibitan
Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal). Ada beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu mulai dari pengadaan biji, persemaian biji, persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan penanaman. Pembibitan sangat diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali dalam setiap satu siklus umur ekonomis tanaman (20 – 25 tahun).
Seleksi Biji
Benih yang digunakan berupa biji diperoleh dari kebun sendiri dan berasal dari tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun. Benih diperoleh pada saat musim biji yang biasanya terjadi pada bulan Januari. Benih yang telah diperoleh harus diseleksi untuk mendapat benih berkualitas baik. Ada dua cara seleksi benih yang biasa digunakan adalah metode pantul, dimana biji satu persatu dijatuhkan di atas alas yang keras, misal lantai, lembaran kayu. Biji yang baik adalah biji yang memantul/melenting, sementara biji yang afkir adalah biji yang menggulir ke samping dengan bunyi hampa.
Persemaian Biji
Tujuan persemaian biji adalah untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam dengan cara seleksi dan mengelompokkan bibit yang tumbuh cepat dan baik serta memisahkan bibit yang tumbuh lambat dan kurang baik. Sebelum dilakukan persemaian, media persemaian (kimbed) harus dipersiapkan terlebih dahulu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kimbed, yaitu :
- 1. Buat bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m, tinggi 0,2 m dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan.
- 2. Bedengan dibuat dengan mengarah timur barat.
- 3. Cangkul tanah di dalam ukuran bedengan tersebut sedalam 40-60 cm, bersihkan dari sisa-sisa akar dan kotoran lainnya.
- 4. Permukaan tanah setelah dicangkul halus, dilapisi pasir halus setebal 5-10 cm.
- 5. Bedengan dibuat diberi atap/naungan miring arah utara selatan dengan tinggi di sebelah utara 1,5 m dan sebelah selatan 1,2 m.
- 6. Naungan dibuat dari rumbia, daun kelapa atau plastik.
Setelah kimbed dapat digunakan, persemaian benih (pendederan) dapat segera dilaksanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama persemaian biji, yaitu :
1. Jarak antar barisan biji 5 cm dan jarak antar biji dalam barisan 2 cm. Bila jumlah biji yang dikecambahkan lebih banyak, penanaman biji pada kimbed dapat lebih rapat.
2. Letakkan biji dengan bagian “perut” yang lebih rata mengarah ke bawah di atas permukaan pasir dan tekan sampai 3/4bagian biji terbenam.
3. Arah “mata” keluarnya lembaga mengarah ke satu arah.
Pemeliharaan kimbed dilakukan dengan melakukan penyiraman pagi dan sore. Penyiraman pada pagi hari dilakukan pada pukul 06.00 - 09.00 WIB, sementara penyiraman pada sore hari dilakukan pada pukul 15.00 - 18.00 WIB.
Biji akan tumbuh menjadi kecambah setelah 10-14 hari. Jika biji tumbuh lebih dari 14 hari maka biji tersebut diafkir. Pemindahan ke lokasi pembibitan untuk batang bawah sewaktu kecambah masih pendek dan sebelum membentuk daun (fase pancing). Kecambah yang telah dicabut dari kimbed harus ditanam di pembibitan pada hari itu juga.
Persemaian Bibit (Main Nursery)
Persemaian bibit dilakukan adalah sebagai persemaian tempat pemeliharaan bibit sebagai batang bawah yang akan diokulasi. Bibit dipelihara untuk beberapa bulan sampai tiba saatnya untuk siap diokulasi. Sebelum pelaksanaan penanaman kecambah yang akan dijadikan bibit batang bawah, lahan yang akan digunakan sebagai areal pembibitan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
- 1. Datar atau agak miring sedikit.
- 2. Dekat sumber air dan cukup subur.
- 3. Dekat areal rencana tanam untuk memudahkan pengangkutan.
- 4. Bebas sisa-sisa akar dan gulma.
- 5. Bebas penyakit akar.
- 6. Drainase baik.
- 7. Mudah untuk melakukan pengontrolan.
Setelah memperoleh lahan yang sesuai, perlu dilakukan beberapa persiapan lahan, antara lain :
- 1. Pengolahan lahan dengan menggunakan menggunakan cangkul kasar dengan kedalaman 60-70 cm dan berishkan lahan dari sisa-sisa akar, gulma dan kotoran lainnya.
- 2. Pengolahan lahan dengan cangkul halus untuk meratakan tanah dan membentuk petak-petak.
- 3. Pembuatan terasan jika pembibitan dilakukan pada lahan miring
- 4. Pembuatan parit-parit untuk mengalirkan kelebihan air.
- 5. Pembuatan jalan setapak untuk keperluan kontrol dan pekerja.
Media tanah yang telah diratakan permukaannya dengan cangkul diberi tanda lubang/jarak tanam dari ajir bambu ukuran pensil. Benih yang ditanam berada dalam fase pancing dan harus dijaga akar tunggang dan bakal daun dari kerusakan. Jarak tanam yang digunakan adalah 0 x 40 cm untuk okulasi coklat (brown budding)
Kegiatan pemeliharaan benih di areal pembibitan batang bawah sebagai berikut :
- 1. Penyiraman dilakukan pada awal bibit ditanam selama + 1 minggu, pemulshingan dilakukan juga pada bibit yang baru ditanam, karena bibit yang baru ditanam sangat rentan terhadap sinar matahari yang terlalu terik.
- 2. Penyulaman bibit rootstock dilakukan saat awal – awal penanaman, penyulaman dilakukan pada bibit yang mati, tumbuh tidak normal, hal ini dilakukan agar bibit rootstock yang ditanam dapat memenuhi kebutuhan bibit untuk okulasi.
- 3. Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan sabit, biasanya penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pemupukan, hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan unsur hara dari pemupukan pada bibit.
- 4. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan cara pemberian fungisida dan belerang. Untuk pengendalian penyakit akar dilakukan dengan mengisolasi tanaman yang terserang agar tidak menular pada tanaman lainnya dengan cara mencabut bibit dengan akar – akarnya dan memberi belerang pada lubang bekas bibit.
- 5. Pemupukan bibit rootstock di Perkebunan Tugusari dilakukan 3 bulan sekali menggunakan pupuk urea 8 gram, KCl 2 gram dan TSP 4 gram dosis per bibit.
Okulasi
Okulasi merupakan cara pembiakan vegetatif dengan tujuan meningkatkan sifat tanaman agar lebih baik, sehingga produktivitas menjadi lebih tinggi dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Okulasi dilakukan di Perkebunan Bayah adalah Brown Budding, yaitu okulasi pada batang yang sudah berwarna coklat dan berusia 9 – 12 bulan.
Untuk mendapatkan klon yang baik maka dalam pemilihan batang bawah dan entres harus memenuhi beberapa kriteria. Kriteria batang bawah yang baik antara lain : 1) berusia 9 – 12 bulan, 2) memiliki lingkaran batang ± 4 cm, dan 3) daun tua dan tidak gundul. Kriteria entres yang baik antara lain, 1) entres berasal dari tanaman yang jelas klonnya, 2) tidak terserang hama dan penyakit, 3) pertumbuhan tanaman lurus ke atas, 4) mempunyai banyak mata tunas, 5) berdaun banyak dan agak tua, dan 6) kulit berwarna coklat, mudah dikelupas dan tidak mudah patah.
Berikut langkah-langkah okulasi :
1. Membuat keretan/jendela pada batang bawah.
2. Membersihkan getah dari keretan/jendela
3. Keretan/jendela dibuka dan mata entres dimasukkan
4. Keretan/jendela ditutup dan diikat dengan menggunakan plastik. Pengikatan keretan/jendela tidak boleh longgar karena mata entres dapat bergeser dan mata entres dapat membusuk.
Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Sifat spesifik dan umur batang bawah dan entres
2. Waktu pelaksanaan
3. Kebersihan
4. Teknik Okulasi
Kontrol okulasi dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi dan pembalut dapat dibuka. Pemeriksaan dilakukan dengan menggores sedikit jendela okulasi, bila berwarna hijau segar, maka okulasi tersebut dinyatakan berhasil. Setelah okulasi dibuka, pemotongan batang bawah harus dilakukan dengan tujuan pangalihan transport unsur hara dari cabang atas ke mata tunas dan digunakan untuk pertumbuhan mata tunas. Pemotongan dilakukan dengan arah potongan miring ± 40ยบ dengan bagian yang lebih tinggi terletak di atas mata okulasi. Pembongkaran tanaman induk dilakukan dilakukan ± 10 hari setelah pemotongan atau ketika mata tunas mulai tumbuh dengan ukuran 0.3 – 0.5 cm. pembongkaran dilakukan dengan dicangkul sampai terlihat akar tunggang dan dilakukan pemotongan dan pencabutan. Selanjutnya benih berupa bibit hasil okulasi dapat segera ditanam dalam media dalam polibag.
Bibit Polibag
Pemindahan bibit hasil okulasi ke polybag bertujuan untuk memudahkan saat bibit akan ditanam dilahan, teknisnya dilakukan pembongkaran dengan cangkul pada bibit okulasian. Akar tunggang dipotong dan disakan 20 – 25 cm kemudian dioles rootone yang merupakan zat perangsang tumbuh akar.
Bibit ditanam pada polybag berukuran 40 x 25 cm dengan media tanah dan pupuk kandang perbandingan 2 : 1, bagian bawah polybag diberi lubang – lubang yang berfungsi mengalirkan kelebihan air pada polybag. Bibit ditata dengan posisi mata tunas saling berlawanan arah sehingga nantinya saat tunas sudah besar memiliki ruang tumbuh dan tidak mengganggu satu sama lain. Bibit omti dalam polybag berumur + 5 bulan dan berpayung dua siap untuk ditanam
Berikut kegiatan pemeliharaan benih polibag :
11. Penyiraman, penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore.
22. Penyiangan, dilakukan untuk membersihkan polibag dari gulma dengan cara manual.
33. Pemupukan, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dengan dosis 5 gram / polybag.
44. Pengendalian hama penyakit, penyakit yang umum menyerang benih dalam polibag adalah penyakit mealdow, pengendalian biasanya dilakukan dengan pemberian belerang.
55. Pewiwilan, kegiatan ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan tunas utama dengan cara membuang tunas liar/tunas palsu.
s
sumber artikel:http://pembibitankaretbz.blogspot.co.id/2013/03/pembibitan-karet-pembibitan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar