Kamis, 22 Desember 2016

Bibit Suren


Siap Terima Pesanan Bibit Suren
Alamat : Kedung Banteng, Banyumas, Jateng
langsung saja hub no.hp : 082313553621 (imam tunas mustika)


Suren ( Toona sureni ) dikenal dengan berbagai nama sesuai dengan daerah tempat tumbuh, seperti surian (Sumatra); surian wangi ( Malaysia ); danupra ( Philippina); ye tama (Myanmar); surian ( Thailand) dan nama perdagangannya yaitu limpaga. Kayunya berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap maupun bubuk kayu dengan warna kemerahan. 
Tanaman ini tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600 2.700 m dpl dengan temperature 22ºC. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan selain kayunya sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Tajuk tidak terlalu lebar sehingga pohon suren biasa digunakan sebagai tanaman pelindung atau pembatas di ladang dan sebagai winbreak di perkebunan 
Deskripsi Pohon 
Pohon suren ini memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Ada ciri lain yang dapat membedakan secara sekilas, yaitu : 
1. Batang 
Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m. 
2. Daun 
Daun suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m. 

3. Bunga 
Kedudukan bunga adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter. Musim bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober. 


4. Buah 
Buah : musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6 9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu, pohon seperti meranggas/tidak berdaun. 
Benih : Warna benih coklat , panjang benih 3-6 mm dan 2-4 mm lebarnya dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin. Dalam 1 kg terdapat 64.000 benih. 
Ekstraksi : Buah disimpan diatas tampah kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 2 hari dari jam 9-12 siang, kemudian dirontokkan dengan cara memukul-mukul tangkai buah di atas tampah atau dalam karung agar benih tidak terbang. Untuk seleksi dapat dengan cara menampi agar benih dan kotoran terpisah. 
5. K a y u 
Gubal kayu suren berwarna kemerahan, tekstur kayu kasar mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang bersimpul atau beralun. Kayu suren termasuk kelas awet sehingga termasuk ke dalam kelas kayu ringan. 
Persemaian 
6. Viabilitas benih 
Benih suren mempunyai kadar air awal sekitar 11% sehingga viabilitasnya akan turun setelah 2 3 bulan. Apabila disimpan dalam ruang AC (18º-20ºC) dapat bertahan sampai 5 bulan dengan daya kecambah 56%. 
7. Perkecambahan / Persemaian 
Secara umum, benih suren dapat dikecambahkan dengan menabur benih dalam bedengan maupun polibag ( Gambar 1 A ). tetapi untuk praktisnya dapat dilakukan dengan cara menggantung rangkaian buah di atas bedengan dan buah akan merekah dengan sendirinya dan benih tidak akan terbang jauh, setelah itu disapih ke dalam polibag. Sedangkan cara lain yaitu dengan menabur benih di dalam bak kecambah ( Gambar 1 B ). Media kecambah digunakan campuran tanah+pasir (1:1) dan setelah benih ditabur ditutup dengan media yang sama. Setelah berumur 2 - 3 minggu (berdaun 2) semai dapat dipindahkan ke polibag ukuran 10 x 12 cm. 
8. Pembibitan 
Media yang digunakan campuran tanah+pasir+kompos (7:2:1) dan setiap 1 m³ media ditambahkan pupuk TSP 1 sendok makan (5gr), kemudian masukkan ke dalam polibag ukuran 10x12 cm. Semai disimpan di bawah naungan (shadingnet) dengan intensitas cahaya 90%. Setelah berumur 3 bulan dipersemaian dapat dipindahkan ke lapangan. 
9. Penanaman 
Di daerah Cianjur ( Desa Cugenang ) dekat Perkebunan teh Gedeh, masyarakat biasa menanam disekeliling kebun atau sawah sebagai pembatas blok atau tersebar ditengah-tengah kebun. Sedangkan di perkebunannya sendiri tersebar di antara tanaman teh dan di pinggir jalan sepanjang perkebunanµ 

PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH
Pohon Surian menyebar secara alami di Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Selatan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat serta Papua. 
Sifat pohon surian dapat tumbuh baik di tempat-tempat terbuka dan mendapat cahaya langsung (<1200 m dpl). Jenis ini menghendaki iklim agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C. Jenis tanah yang dikehendaki meliputi tanah-tanah berlempung yang dalam, subur, berdrainase baik serta menyenangi tanah basa.
TEKNIK PENANGANAN BENIH
Bunga muncul bervariasi mulai buian Juni-Oktober (Jawa) dan Mei-Juni (Sumatera). Buah berbentuk kapsul menjorong serta memiliki satu atau lebih lokul (katup) yang berisi banyak biji. Buah dikelompokkan pada buah kering yaitu seluruh kulit buah menjadi kering dan keras sewaktu masak. Biji surian mencapai 267.000 biji/kg.
Benih surian termasuk semi rekalsitran dengan pola perkecambahan benih termasuk tipe Epigeal. Koleksi benih dapat diperoleh dengan cara sbb: 
• Seleksi pohon sumber benih dan beberapa lokasi yang memiliki pertumbuhan terbaik.
• Pengunduhan buah yang memiliki kriteria masak fisiologis (ditandai kulit buah berwarna coklat tua tetapi belum pecah).
• Ekstraksi biji dilakukan dengan menjemur buah yang belum pecah kulitnya di bawah sinar matahari selama 1 sampai 2 hari, kemudian biji akan keluar dan kapsul buah. Biji dibersihkan dan dikering-anginkan di tempat teduh.
• Benih dapat juga diperoleh dan sumber benih yang telah tersedia, namun hingga saat ini masih terbatas pada tegakan benih terseleksi.
A. Penyimpanan Benih
• Pengemasan benih sebelum digunakan disarankan menggunakan wadah kedap udara seperti kaleng dan wadah plastik berpenutup. Suhu penyimpanan sekitar 25-30°C dengan kelembaban berkisar 70-80%. Teknik di atas setelah 6 bulan mampu mempertahankan persen kecambah 25-50%.
• Teknik lain adalah dengan memasukkan biji ke dalam wadah yang tertutup rapat, kemudian disimpan di ruang dingin (suhu 3-10°C). Teknik ini mampu mempertahankan viabilitas benih hingga 6—12 bulan dengan persen kecambah 56,6%, namun secara periodik akan mengalami penurunan viabilitas.
TEKNIK PERSEMAIAN
A. Penyemaian benih
• Penyiapan bak kecambah dan media semai (pasir halus hasil ayakan setebal 20-25 cm).
• Penaburan benih surian ke dalam media semai secara merata (benih sebaiknya dicampur pasir halus sebelum penaburan).
• Penutupan benih dengan pasir halus setebal 1-2 cm. 
B. Penyapihan
B.1 Penyapihan
• Penyiapan bedeng sapih dengan naungan (atap jerami,daun kelapa/nipah,sarlon-net) di atasnya
• Penyiapan kantong sapih dan plastik hitam (ukuran panjang 15 cm dan diameter 10 cm) diisi dengan campuran topsoil + pupuk kandang/kompos (perbandingan 5 : 1). Kantong sapih disusun di bedeng sapih.
• Kritenia kecambah untuk disapih antara lain telah berumur 3-4 minggu, memiliki pertumbuhan sehat, memiliki sepasang daun sempurna bebas hama/penyakit.
• Kecambah disapih kedalam kantong plastik yang sebelumnya telah dibuatkan lubang kecil dan tusuk bambu, kemudian tanah ditekan untuk membuat kecambah tidak mudah goyah.
• Bibit setelah berumur 2-3 bulan, umumnya sudah siap di tanam di lapangan.
B.2 . Pembuatan bibit tanpa penyapihan
Teknik ini dilakukan dengan menyemai langsung benih pada kantong plastik di bedeng persemaian. Setelah berumur 2,5-3 bulan bibit yang tumbuh siap ditanam di lapangan. Teknik ini memiliki kekurangan karena bibit yang tumbuh sering memiliki pertumbuhan tidak seragam dan membutuhkan penyapihan ekstra (apabila benih rendah).
C. Pengangkutan Bibit
Tahap ini dapat dilakukan dengan didahului seleksi bibit dengan penampilan seragam dan sehat serta membuang bibit dengan pertumbuhan tertekan kerdil, batang bengkok, batang patah dan bibit terserang hama/penyakit. Bibit hasil seleksi sewaktu dibawa ke lokasi penanaman terlebih dulu disusun dalam kantong plastik atau keranjang dan wadah lain dengan rapi untuk menghindari kerusakan bibit selama pengangkutan.
D. Teknik Penanaman
Tahapan penanaman:
1. Pengolahan lahan dapat dilakukan secara manual maupun mekanis. Secara manual dapat membuat cemplongan (pembuatan lubang tanam dan penggemburan). Secara mekanis dapat menggunakan traktor (pembajakan dan penggemburan lahan), kemudian dilanjutkan pembuatan lubang tanam.
2. Ukuran lubang tanam sebaiknya berukuran panjang x lebar x dalam (30cm x30cm x 25cm)
3. Jarak tanam sebaiknya mempertimbangkan ruang tumbuh ideal, terutama tajuk tanaman tidak tertekan dalam perkembangannya yaitu 3 x 2m, 3 x 3m atau 3 x 4m.
4. Pupuk dasar: 1-2 minggu sebelum penanaman setiap lubang tanam diberi pupuk kandang masing-masing 1-2 kg. Jika tanah terlalu masam dapat ditambahkan kapur dolomit (0,5 kg/lubang tanam) yang pemberiannya dilakukan bersamaan pemberian pupuk kandang.
5. Penanaman bibit diiakukan dengan membuang kantong piastik sebelumnya dengan tetap menjaga media dan akar tidak pecah. Padatkan tanah di sekitar lubang tanam untuk memperkokoh kedudukan bibit yang baru ditanam.
6. Tahapan Pemeliharaan:
o Penyulaman harus segera dilakukan pada tahun pertama setelah penanaman dengan mengganti tanaman mati atau tanaman kerdil dengan bibit yang umurnya sama, dengan menyesuaikan musim hujan.
o Lakukan pemupukan dengan dosis anjuran (pupuk Urea : TSP: KC1 dengan komposisi 200 kg: 100 kg 50 kg, setiap Ha).
o Pengendalian gulma: merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan dengan melakukan penyiangan 3-4 minggu sekali dilanjutkan penggemburan tanah di sekitar lubang tanam. Penyiangan diiakukan 2-3 tahun atau sampai tanaman bebas tekanan gulma.
o Pengendalian hama/penyakit: Sampai saat ini belum banyak hama/penyakit yang serius menyerang pohon surian. Namun untuk serangan belalang sering membuat daun rusak dan pengendaliannya dilakukan dengan melakukan penyemprotan insektisida secepatnya.
o Pemangkasan: Untuk mendapatkan tinggi bebas cabang optimal, maka pemangkasan cabang harus dilakukan dengan gergaji pangkas sehingga pembentukan mata kayu yang dapat menurunkan kualitas kayu dapat ditekan.
o Penjarangan: Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal pada diameter batang, maka penjarangan dapat dilakukan apabila tajuk pohon telah saling menekan, dengan membuang pohon yang tertekan pertumbuhannya, tajuk pohon batang yang bengkok dan pohon terserang hama/ penyakit dan dilakukan secara bertahap dengan
o intensitas penjarangan 25-30%.
E. PERTUMBUHAN DAN SIFAT KAYU
Pohon surian termasuk jenis yang tumbuh cepat, dengan batang lurus, bertajuk ringan, berakar tunggang dalam dan berakar cabang banyak. Pada umur 10-12 tahun sudah dapat menghasilkan kayu untuk tiang-tiang rumah.
Warna kayu teras merah coklat, muda bersemu ungu, gubal berwarna putih kemerahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras; tekstur kayu sangat kasar; arah serat lurus atau agak berpadu; permukaan kayu agak licin dan mengkilap indah; pada bidang radial dan tangensial tampak gambaran berupa pita-pita yang berwarna lebih tua. Berat jenis 0,53 (0,42-0,65); Penyusutan dan keadaan basah sampai kering tanur 3,3% (radial) dan 4,1% (tangensial).
Keawetan kayu Surian termasuk sedang (IV-V) dengan kelas kuat (IV). Penggunaan kayunya untuk pembuatan papan peti, papan perahu, papan rumah, kotak cerutu, kayu lapis, venir, dan mebel.
F. NILAI EKONOMI
Harga log dan kayu gergajian surian bervariasi tergantung kualitas kayu. Harga papan kayu surian pada saat ini rata-rata > 1 juta/m3. Biji surian mengandung minyak tidak berwarna tetapi beraroma wangi sedangkan pucuk dan daun surian mengandung karoten, vitamin dan asam amino yang bermanfaat untuk berbagai tujuan seperti untuk bahan baku obat, makanan ternak dan berperan untuk insektisida alami.
PENULIS : 
DEPARTEMEN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN YOGYAKARTA 
PUSTAKA
Djam’an F.D, 2002. Toona sureni (Blume) Merr. Seed leaflet. No.82 August 2003. Danida Forest Seed Centre. Jayusman, 1996. Pertumbuhan Semai Suren (T.sinensis) Pada Berbagai Komposisi Media dan Pertumbuhan Awalnya di Lapangan. Buletin Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar. Pematang Siantar, 11(4): 369-371
Jayusman, 2005. Pengujian Nilai Kecambah Surian Berdasarkan Daerah Sumber Benih. Wana Benih Vol.6 Suplemen No.01 Desember 2005. Hal 100-107
Jayusman, 2006. Tehnik Penyiapan Bibit Surian. Infotek Vol.14 (1) : Juni 2006. Hal 35-43
Martawidjaya, Aiding, K., Y.L. Mandang., Soewanda AP, and Kosasih Kadir, 1998. Atlas Kayu Indonesia, Jilid II, Badan Litbang Kehutanan
sumber artikel: http://dabiosa.blogspot.co.id

Bibit Duwet